Kamis, 17 November 2016

Pendakian Gunung Sumbing Via Garung

1 jam sebelum mandi,  Saya sudah merasa gerah dengan kondisi ruangan ini – kamar sendiri. Buku-buku yang tak tertata rapih, berkas-berkas kertas yang berserakan, kantong plastik es teh yang terdampar begitu saja di atas lantai.  Semakin malas untuk bersih-bersih. Terlebih lagi dengan cuaca yang begitu panas, hanya kipas yang menjadi andalan untuk mengusir panas yang menyelimuti ruang kotak ini. Padahal ini musim hujan. Maklum, saya tinggal di atas kompor gas.

17 november 2014 adalah hari, bulan dan tahun  dimana catatan masa muda saya akan diisi kembali dengan hal-hal yang menyenangkan dan penuh tantangan.  Mental dan fisik kembali di isi dengan materi yang didapatkan dari alam. Gunung Sumbing, 3.371 mdpl adalah sekolah baruku selama 2 hari satu malam. Materi asing dengan tracknya yang belum pernah saya coba. Tentu ini akan lebih seru dibandingkan dengan duduk manis dibangku kelas dan mendengarkan dosen dengan slide imutnya. Aw

Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Tegak setinggi 3.371 meter dari permukaan laut, gunung ini terletak di tiga kabupaten Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Bersama-sama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai ""Kledung Pass". 

Gunung Sumbing (3.371 mdpl) merupakan gunung tertinggi kedua di provinsi Jawa Tengah setelah Gunung Slamet (3.371 mdpl).  Berdasarkan informasi yang saya dapat dari berbagai sumber pendakian Gunung Sumbing terdapat 4 jalur resmi diantaranya : Jalur Garung,Jalur Tedeng,Jalur Cepit,Jalur Cengklok.

Gass Poll, Puncak Buntu Dan Kawah Via Garung 
[Imam Muamar Kharisma, Theo Ras Komara, Ihsan Ali Fauzi, Hendri Saputra, Dwi Satio Nugroho, Risna]

Pendakian dimulai pada pukul 07.30 pagi. Perjalanan ini akan sangat melelahkan. Perjalanan dari basecamp ke pos I jaraknya lumayan agak jauh. Kondisi jalan agak berbatu setelah memasuki daerah perkebunan warga. Tracknya terlihat landai cocok untuk memanjakan kaki di awal pendakian. Sebelum sampai pos I kita bisa melihat Indahnya Gunung Sindoro menjulang tinggi di kelilingi bukit-bukit kecil hijau. Pos I disebut Pos Malim, perjalanan dari base camp mencapai pos I sekitar 3 jam [jalan normal], Kami sampai pos I sekitar pukul 09.30 WIB, itu termasuk perjalanan yang cepat karena kami menghemat waktu 1 jam.

POS I MALIM (Sumbing Via Garung)
Istirahat sejenak melepas rasa lelah, track yang terlihat landai dengan sedikit batu-batu kecil yang kami pijak ternyata itu tipuan. Saatnya menuju pos II [Genus]. Normalnya waktu tempuh dari Pos I [Malim] menuju Pos II [Genus] 2 jam, itu pun jika tidak disita dengan waktu istirahat di tengah perjalanan. Kondisi fisik jalan menuju jalur genus terjal melewati tanah kering berdebu. Pos II [Genus] lumayan luas dapat menampung sekitar 3 atau 4 tenda kapasitas 4 orang, tapi kami memutuskan tidak mendirikan tenda di pos Genus dikarenakan perjalanan masih jauh dan kami harus terus berjalan untuk mengurangi pemborosan perbekalan. Perlu diperhatikan perbekalan air harus mantap. Kalo bisa bawa 5 galon air ke puncak itu akan lebih aman dan jauh dari resiko dehidrasi, tapi resiko untuk terkena encok lebih tinggi. Hehe

Sejenak baringkan badan di rumput-rumput yang bergoyang. Rasanya hampir sama seperti berada di atas ranjang kamar.  Sekitar 10 menit beristirahat kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos III [Seduplak Roto], perjalanan menuju pos III ini normalnya dapat ditempuh 2 jam. Dalam perjalanan menuju pos III kaki-kaki mulai terasa agak ngilu, wajah-wajah cerah mulai terlihat kucel. Perjalanan masih jauh, ini masih belum seberapa, didepan sana katanya masih ada track-track terjal menanjak yang akan menguras tenaga. 

Setelah melewati track yang terjal dan berdebu selanjutnya perjalanan ini akan dibawa menuju pestan [Pasar Setan]. Disini kita sudah mencapai ketinggian 2437 dpl, udaranya sangat sejuk. Pelataran yang sangat luas dan bisa menampung banyak tenda. Akan tetapi sangat tidak disarankan untuk camp di pestan dikarenakan sangat sedikit pepohonan yang tumbuh di wilayah tersebut dan sangat berbahaya jika terjadi badai.

Pestan [Pasar Setan] kami tinggalkan dan kini saatnya menuju pasar watu. Perjalanan dari pestan menuju pasar waktu membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jika dalam kondisi kering track menuju pasar watu sangat berdebu. Gunakan masker atau apapun untuk menutup muka. Lebih baik lagi menggunakan kaca mata untuk menghindari debu. (View : Narsis ria di pestan)




Pos terakhir dari pendakian ini yaitu watu kotak. Perjalanan dari pestan, pasar watu menuju watu kotak tidaklah semudah seperti membalikan badan di atas ranjang. Tracknya sangat menanjak, kanan kiri terdapat jurang dan disekitarnya di kelilingi bukit-bukit kecil yang indah. Waktu tempuh dari pasar watu ke watu kotak sekitar 40 menit, itupun jika kita mengurangi waktu istirahat. Kita dapat melihat bunga edelweis tumbuh subur di tepi jurang. Pelataran watu kotak tidak terlalu luas dan hanya bisa menampung sekitar 2 sampai 3 tenda kapasitas 5 orang. Rencananya kami akan mendirikan tenda disini. Alasannya karena ini adalah pos terakhir dan untuk mencapai puncak tidak begitu jauh, sehingga pagi nanti kami bisa langsung summit atack tanpa harus berjalan lebih jauh lagi. Waktu menunjukan pukul 16.15, itu berarti kami telah menempuh perjalanan sekitar 8 jam.

Perjalanan ini bukanlah cerita sinetron dengan skenarionya yang indah. Bahaya bisa mengancam kami kapan saja sehingga tingkat kewaspadaan serta kehati-hatian harus di perhatikan. Kondisi fisik jalan dari pos terahir ke puncak akan sangat terjal. Kombinasi jalan menanjak, berbatu akan menguras tenaga. Waktu tempuh dari watu kotak menuju puncak sekitar 1 jam. Rencananya kami akan summit pada pukul 04.00 wib pagi nanti untuk menikmati sunrise. Kondisi fisik jalur dari watu kotak menuju puncak dipenuhi dengan batu-batu dan pepohonan yang lumayan lebat. Sebelum mencapai puncak terdapat pos paling terakhir yaitu Tanah Putih. 

Perjalanan ini sangat menyenangkan. Dengan sedikit perasaan was-was karena berada di samping batu besar berbentuk kotak. Tapi kami  masih bisa menikmati makan malam kami di depan tenda yang telah kami dirikan. Makan, makan, makan. Setelah itu tidur dan beristirahat mengumpulkan energi perispan summit yaps. Awalnya yang mendirikan tenda di watu kotak hanya kami saja. Tapi setelah kami terbangun ternyata ada 3 tenda lain. Mungkin mereka sampai watu kotak ketika malam hari dan saat kami tertidur.

Tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Rasa lelah membuat tidur kami pulas dan bangun pukul 05.00 pagi sehingga sunrise tidak bisa kami nikmati. Tapi tak apalah tanpa sunrise kami tetap bahagia.  Total waktu tempuh dari waktu kotak ke puncak buntu sekitar 40 menit [jalan cepat]. Jarak dari puncak buntu ke puncak kawah tidak begitu jauh. Tapi tracknya sangat curam karena samping kanan dan kiri dikelilingi jurang. Sangat disarankan untuk berhati-hati dan jeli ketikan memilih pihakan kaki. Ketika berada di Puncak Buntuk terlihat : Gunung Sindoro, Gunung Slamet, Gunung Dieng, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu dan bukit-bukit yang terlihat kecil hijau sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan yang tidak akan bisa dilihat dari atas ranjang. Bersyukur !!


Sedikit kecewa karena tempat di mana kami berdiri dan katanya merupakan puncak tertinggi gunung sumbing masih terdapat titik ketinggian lain. Berdasarkan informasi yang kami dapat bahwa Puncak Buntu bukanlah puncak tertinggi Gunung Sumbing ada yang dinamakan puncak sejati. Track menuju puncak sejati sangat terjal, dibutuhkan kemampuan Rock Climbing menuju puncak sejati. 

Meskipun begitu, kami tetap bersyukur bisa melewati perjalanan sejauh ini. Puncak Buntu dan Puncak Kawah itu lebih dari cukup membayar rasa lelah perjalanan kami selama 8 jam. Mungkin esok atau lusa kami bisa mencapat titik triangulasi sejati. 


Pulang Dan Internetan

Perjalanan turun ini akan lebih berbahaya di bandingkan dengan perjalanan muncak. Kami tetap memilih jalur yang sama. Sebenarnya ada jalur baru dan jalur lama. Tapi jalur baru di tutup entah kenapa. Meskipun tidak menguras lebih banyak tenaga seperti saat naik. Perjalanan turun akan lebih berbahaya karena kondisi fisik jalan sangat terjal dan licin. Beruntung sekali pendakian kali ini bukan musim hujan sehingga kami bisa berlari-lari kecil. Sehingga perjalanan menjadi lebih singkat dan hanya dapat ditempuh dengan waktu sekitar 3 , 5 jam.

Bersyukur, pendakian berjalan dengan lancar. Dengan selamat kami bisa tidur kembali di ranjang pribadi, disinilah puncak terendah kami. Rebahkan badan kemudian mimpi indah. Dan saya Imam Muamar Kharisma. Sangat bersyukur mempunyai kesempatan untuk menikmati alam yang sangat indah, megah dan mewah bersama para sahabat. Tentu bukan tangan biasa yang menciptakannya. Ini sebuah anugrah untuk umat manusia yang harus dijaga. Anugrah keindahan yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Alhamdullilah. 

Info :
  • Basecamp Sumbing: 0858 68 611 446


Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: